Welcome To Azteca's Blog

Senin, 04 Oktober 2010

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

Seperti yang kita ketahui, saat ini pertumbuhan penduduk semakin cepat. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan aspek-aspek kehidupan seprti ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, dll.

Karena pertumbuhan penduduk adalah salah satu faktor penting dalam masalah sosial dan khususnya masalah penduduk, kita harus mengetahui cepat lambatnya pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.
Bagaimana cara mengetahuinya?  Untuk mengetahuinya kita dapat melihanya dari bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat piramida penduduk kita dapat mengetahui perbandingan jumlah penduduk anank-anak, dewasa, dan orang tua pada wilayah yang bersangkutan.

Sebelum mengetahui  tentang piramida penduduk ada baiknya kita mengetahui definisi pertumbuhan penduduk.
Seperti yang dikutip di http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

Ok back to the point mengenai piramida penduduk.

Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk total.
(Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Piramida_penduduk)

Bentuk piramida pun berbeda tergantung dari keadaan struktur atau komposisi penduduk.
Ada 3 jenis piramida, yaitu :

Piramida penduduk muda
Piramida ini menggambarkan susunan penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih besar dari angka kematian. Umumnya terdapat di negara-negara berkembang seperti negara kita.

Piramida Stationer
Piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap, dikarenakan tinggkat kematian rendah dan kelahiran tak begitu tinggi. Umumnya terdapat di negara-negara maju seperti Belanda.

Piramida penduduk tua
Piramida ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tinggkat kematian yang kecil sekali. Apa bila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara, maka negara tersebut dapat mengalami penduduk, seperti negara Perancis.

Dari susunan penduduk yang berdasarkan umur, kita dapat menggunakannya untuk menghitung rasio ketergantungan (Dependecy of ratio).

Apa sebenarnya rasio ketergantungan itu?
Rasio Ketergantungan (Dependency of ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. (Dikutip dari
http://missevi.wordpress.com/2010/08/14/rasio-ketergantungan-2)

Jadi intinya, Rasio ketergantungan itu adalah perbandingan antara jumlah penduduk dalam hal produktif. Penduduk berumur 0-14 tahun dianggap belum produktif, sedangkan penduduk berumur 15-64 tahun dianggap produktif dan penduduk berumur 65 tahun keatas sudah dianggap tidak produktif lagi.

Ada dua jenis rasio ketergantungan, yaitu :
·         Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
·         Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Apa kegunaan rasio ketergantungan?
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. (Dikutip dari http://missevi.wordpress.com/2010/08/14/rasio-ketergantungan-2)

Cara Menghitung :

Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Rumusnya :

RKMuda = P(0-14) / (dibagi) P(15-64) P*100
RKTua = P(64+) / (dibagi) P(15-64) P*100
RKTotal = P(0-14)  + P(64+)   / (dibagi) P(15-64) P*100

Keterangan :

RKMuda : Rasio Ketergantungan penduduk usia muda
RKTua : Rasio Ketergantungan penduduk usia tua
RKTotal : Rasio Ketergantungan penduduk usia muda dan tua
P(0-14) : Jumlak peduduk usia muda (0-14 Tahun)
P(15-64) : Jumlak peduduk usia produktif (15-64 Tahun)
P(64+) : Jumlak peduduk usia tua (64 Tahun keatas)

Contoh :

Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).

Tabel 1  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000
Kel. Umur
Jumlah Penduduk
0-14
63 206 000
15-64
13 3057 000
65+
9 580 000

Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan  Total  Tahun 2000
Keterangan
Rasio Ketergantungan
RKTot
54,7
RKMuda
47,0
RKTua
7,2

(Dikutip dari http://missevi.wordpress.com/2010/08/14/rasio-ketergantungan-2)

Interpretasi
Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.

Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.

(Dikutip dari http://missevi.wordpress.com/2010/08/14/rasio-ketergantungan-2)

Ada satu hal lagi yang berhubungan dengan materi-materi diatas yaitu persebaran penduduk. Semua tulisan mengenai Persebaran penduduk, saya kutip dari http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/230/230/

Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota.  Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.

Kegunaan
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabkan kepadatan pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain.

Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.

Indikator Persebaran Penduduk.
Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu.

Rumus
RASIO KEPADATAN PENDUDUK =
JUMLAH PENDUDUK / (dibagi) LUAS WILAYAH (KM^2)

Contoh  
Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300 orang. Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk.
Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas 15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup penduduknya. 

Studi kasus :
Seperti yang dituliskan diatas, bentuk piramida penduduk negara kita merupakan piramida penduduk muda. Hal ini membuat semakin besarnya populasi di negeri ini. Bahkan negara kita sudah menempati posisi ke 4 dunia dalam hal populasi terbesar. Menurut saya program KB (keluarga berencana) harus segera diterapkan dengan baik karena bila tidak, di khawatirkan populasi pun meningkat dengan pesat. Hal ini bisa menjadi masalah karena di lapangan kerja di Indonesia masih kurang. Bila mampu bentuk piramida penduduk di Indonesia diharapkan berubah dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk stationer.
Oh ya perlu diingat perogram KB harus di jalankan dengan benar karena ditakutkan bukannya berubah  piramida penduduk stasioner malah menjadi  piramida penduduk tua.
 
Referensi :
1. Buku berjudul MKDU Ilmu sosial Dasar oleh Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk, diterbitkan oleh Gunadarma
2. http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/230/230/
3. http://missevi.wordpress.com/2010/08/14/rasio-ketergantungan-2/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_penduduk
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Piramida_penduduk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar